Komputer Kuantum vs. Bitcoin: Seberapa Nyata Ancaman Ini?

14 jam yang lalu
2 menit baca
2 tampilan

Komputer Kuantum dan Dampaknya pada Cryptocurrency

Para ilmuwan berpendapat bahwa komputer kuantum akan mengubah dunia. Dengan bantuan teknologi ini, peneliti medis dapat mengembangkan obat untuk kanker, dan para aktivis lingkungan dapat mengurangi emisi berbahaya ke atmosfer. Namun, manfaat ini mungkin tidak berlaku untuk cryptocurrency. Komputer kuantum sangat berbeda dari komputer konvensional. Untuk memahami mengapa mereka menjadi ancaman bagi Bitcoin, kita perlu memahami cara kerjanya terlebih dahulu.

Perbedaan Antara Komputer Klasik dan Komputer Kuantum

Komputer klasik bekerja dengan bit—nol (0) dan satu (1). Segala sesuatu yang dilakukan oleh laptop atau smartphone Anda pada akhirnya bergantung pada kombinasi bit ini. Sebaliknya, komputer kuantum menggunakan qubit (bit kuantum). Fitur kunci dari qubit adalah kemampuannya untuk berada dalam keadaan 0 dan 1 secara bersamaan (sifat yang disebut superposisi). Qubit juga dapat terjerat satu sama lain (perangkap kuantum), yang memungkinkan pemrosesan sejumlah besar data secara paralel.

Ini berarti bahwa komputer klasik memproses opsi secara berurutan, sementara komputer kuantum dapat memproses banyak keadaan secara bersamaan. Misalnya, 2 qubit dapat menyimpan 4 kombinasi (00, 01, 10, 11) sekaligus. Dengan 50 qubit, kita dapat mewakili lebih dari satu kuadriliun keadaan (250)—sebuah angka yang begitu besar sehingga komputer konvensional tidak dapat memprosesnya dalam ribuan tahun.

Peluang dan Ancaman dari Komputer Kuantum

Daya komputasi komputer kuantum membuka banyak kemungkinan. Dalam bidang kedokteran, ini memungkinkan pemodelan molekul yang dipercepat untuk menciptakan obat baru. Dalam logistik, ini memungkinkan optimasi rute yang kompleks. Dalam keuangan, ini memungkinkan analisis sejumlah besar data. Bayangkan Anda perlu menemukan satu kunci spesifik di sebuah gantungan kunci raksasa. Komputer klasik memeriksa satu per satu, tetapi komputer kuantum dapat “memindai” semuanya sekaligus berkat superposisi.

Ini membuatnya berbahaya bagi kriptografi: algoritma seperti Shor dapat memecahkan sandi dalam hitungan menit alih-alih miliaran tahun.

Ancaman Terhadap Bitcoin

Ancaman kedua berkaitan dengan penambangan. Algoritma Grover memungkinkan komputer kuantum untuk mempercepat pencarian hash secara signifikan. Secara teoritis, ini dapat menyebabkan serangan 51%, di mana satu pengguna mengendalikan lebih dari 50% daya komputasi jaringan. Namun, memecahkan SHA-256 akan membutuhkan jutaan qubit, yang saat ini tidak dapat dicapai.

Masalah akut lainnya adalah bitcoin “lama”. Menurut pengembang Bitcoin Core, Pieter Wuille, sekitar 7 juta BTC (37% dari total pasokan pada 2019) disimpan di alamat dengan kunci publik yang terekspos. Di masa depan, komputer kuantum dapat menghitung kunci tersebut dan mencuri semua dana ini.

“Penyerang sudah dapat mengumpulkan kunci publik dari blockchain dan kemudian mendekripsinya ketika komputer kuantum yang cukup kuat tersedia. Inilah cara serangan semacam itu akan bekerja: kunci publik diungkapkan ketika transaksi diterbitkan. Sementara transaksi menunggu konfirmasi, musuh kuantum dapat menjalankan algoritma Shor, menemukan kunci pribadi, dan menandatangani transaksi mereka sendiri untuk koin yang sama,”

jelas sumber tersebut.

Persiapan untuk Ancaman Kuantum

Namun, Mithus meyakinkan bahwa untuk saat ini, bahkan komputer kuantum yang paling kuat pun tidak dapat memecahkan enkripsi Bitcoin. Komunitas crypto memiliki waktu untuk bersiap. Komputer kuantum saat ini masih lebih mirip eksperimen ilmiah daripada alat peretasan blockchain. Namun, ini bisa berubah dalam dekade berikutnya. Komputer kuantum saat ini (misalnya, Google Willow dengan 105 qubit) belum dapat memecahkan ECDSA atau SHA-256. Ini membutuhkan jutaan qubit dengan presisi tinggi.

Sistem kuantum saat ini, seperti Condor milik IBM (1.121 qubit), beroperasi dalam kondisi ekstrem—pada suhu mendekati nol mutlak. Mereka juga terus berjuang dengan dekoherensi (hilangnya keadaan kuantum).

Serangan nyata terhadap Bitcoin akan membutuhkan jutaan qubit yang stabil (rekor saat ini sekitar 1.000), koreksi kesalahan yang efektif, dan implementasi praktis dari algoritma. Algoritma Shor dan Grover saat ini hanya bersifat teoretis. Para ahli (Wired, WSJ) masih percaya bahwa komputer kuantum praktis tidak akan muncul setidaknya dalam satu dekade, tetapi tren ini mengkhawatirkan. Kita kemungkinan memerlukan satu atau dua dekade lagi untuk mencapai ‘massa kritis’ qubit yang mampu memecahkan ECDSA (algoritma kriptografi kunci publik), kecuali ada terobosan revolusioner.

Rekomendasi untuk Komunitas Crypto

Pengembang Bitcoin dan Ethereum sudah mendiskusikan transisi ke sistem yang tahan kuantum. Namun, ini bisa memakan waktu bertahun-tahun. Untuk saat ini, Mithus merekomendasikan agar:

  1. Meninggalkan format alamat yang usang (P2PK), di mana kunci publik terlihat di blockchain.
  2. Menggunakan standar modern (Bech32, P2WPKH/P2TR), di mana kunci diungkapkan hanya ketika dana dibelanjakan.
  3. Jangan pernah mengulangi alamat—setiap pembayaran baru harus menerima alamat unik.

Kesimpulan

Sejauh ini, komputer kuantum masih sebagian besar merupakan fiksi ilmiah. Namun, perkembangan mereka hanyalah masalah waktu. Seperti yang dikatakan Alex Mithus,

“ancaman itu nyata, tetapi tidak segera.”

Komunitas memiliki setidaknya 10 tahun untuk bersiap menghadapi pengenalan massal komputasi kuantum.