Iran Merencanakan Strategi Cryptocurrency Bersama BRICS untuk Menghindari Sanksi Global

5 jam yang lalu
Waktu baca 1 menit
2 tampilan

Iran dan Adopsi Cryptocurrency

Iran terus melangkah maju dengan rencana untuk mengadopsi cryptocurrency sebagai alat penyelesaian perdagangan internasional, guna menghindari sanksi yang dijatuhkan oleh AS dan PNB. Strategi ini diungkapkan dalam deBlock Summit, konferensi blockchain internasional pertama yang didukung oleh pemerintah Iran, di mana para pejabat menyatakan bahwa mata uang digital merupakan kebutuhan mendesak bagi ekonomi yang tertekan oleh sanksi. Langkah ini diambil setelah Prancis, Inggris, dan Jerman mengaktifkan ‘mekanisme snapback’ pada Agustus 2025, yang mengembalikan sanksi internasional terhadap Teheran.

Pernyataan Mohammad Bagher Ghalibaf

Mohammad Bagher Ghalibaf, Ketua Parlemen Iran, menyatakan di deBlock Summit bahwa mata uang digital menawarkan jalur baru untuk perdagangan dan pembayaran lintas batas.

“Negara-negara independen dapat memanfaatkan metode pembayaran baru ini,”

ungkap Ghalibaf. Menurut laporan dari The Hindu, ia menganggap adopsi cryptocurrency sebagai hal yang krusial untuk kelangsungan ekonomi Iran.

“Menyelesaikan transaksi internasional dalam mata uang digital bukanlah pilihan bagi kami – itu adalah keharusan,”

tegasnya.

Komitmen dan Tantangan

Ghalibaf juga mengumumkan komitmen Parlemen untuk bekerja sama dengan universitas, perusahaan teknologi, dan peneliti dalam inisiatif blockchain. Ia menekankan fokus pemerintah untuk menarik modal asing ke dalam sektor mata uang digital. Namun, Presiden Trump telah mengancam anggota BRICS dengan tarif tinggi jika mereka mengejar sistem mata uang alternatif. Kementerian Luar Negeri India menolak konsep tersebut pada Agustus 2025, menyatakan bahwa meninggalkan dolar “bukan bagian dari agenda keuangan India.”

Kritik Terhadap Regulasi Cryptocurrency

Para pemimpin bisnis di summit mengkritik kerangka regulasi cryptocurrency Iran yang dianggap tidak memadai. Ehsan Mehdizadeh, yang menjalankan Wallex Iran, bursa kripto terkemuka di negara itu, menyatakan selama panel bahwa aturan yang ada saat ini kurang jelas dan transparan.

“Sebuah negara yang menghadapi sanksi tidak mampu menolak infrastruktur keuangan yang inovatif. Namun, regulator Iran masih belum memahami bagaimana teknologi blockchain berfungsi,”

argumennya. Ia juga menyoroti pengecualian Iran dari SWIFT sebagai alasan untuk adopsi cryptocurrency.

“Aset digital menawarkan jalur untuk menghindari pembatasan sistem pembayaran,”

tambahnya.

Pengawasan dan Pembatasan

Bank Sentral Iran mempertahankan otoritas tunggal atas pengawasan pasar kripto. Lembaga tersebut telah memberlakukan pembatasan yang mencegah konversi Rial Iran ke cryptocurrency melalui platform lokal. Meskipun operasi penambangan kripto telah menerima persetujuan, perdebatan mengenai harga energi masih terus berlangsung. Shamseddin Hosseini, yang memimpin Komite Ekonomi Parlemen, mengajukan pertanyaan tentang tarif listrik bersubsidi untuk penambang dibandingkan dengan pengguna rumah tangga.