Ron Paul Peringatkan Bahwa Kebijakan Uang Mudah Federal Reserve Memicu ‘Gelembung di Mana-Mana’

15 jam yang lalu
2 menit baca
2 tampilan

Pembawa Acara Liberty Report Mengungkap Gelembung Ekonomi AS

Pembawa acara Liberty Report, Ron Paul, bersama co-host Chris Rossini, mengungkapkan bahwa ekonomi AS saat ini terjebak dalam “gelembung di mana-mana.” Mereka mengidentifikasi pengeluaran yang tidak terkendali, perkembangan kecerdasan buatan (AI) yang melambung, dan kebijakan moneter longgar dari Federal Reserve sebagai penyebab utama kondisi ini. Dalam episode terbaru Liberty Report, Paul dan Rossini berargumen bahwa ekonomi AS tidak hanya berada dalam satu gelembung, tetapi juga terperangkap dalam serangkaian gelembung yang saling terkait, yang sering disebut oleh pengamat pasar sebagai “gelembung di mana-mana” atau “gelembung segala sesuatu.”

Pasar dan Kepercayaan Publik

Paul membuka diskusi dengan menyoroti pasar yang mencerminkan kecemasan publik. Emas stabil di sekitar $4.000 per ons, bitcoin mengalami fluktuasi tajam, dan para investor kesulitan mencari tempat yang aman. Menurut Paul, ini menunjukkan bahwa masyarakat mulai kehilangan kepercayaan terhadap stabilitas dolar dalam jangka panjang. “Emas adalah uang sejati,” ujarnya kepada pemirsa, menekankan bahwa daya beli emas telah bertahan lebih lama dibandingkan dengan sistem fiat utama lainnya dalam sejarah modern.

Gelembung Kecerdasan Buatan

Percakapan kemudian beralih ke sektor AI yang berkembang pesat, yang menurut Rossini mencerminkan gelembung-gelembung sebelumnya yang dipicu oleh kebijakan moneter longgar Federal Reserve. Ia mencatat bahwa Amerika Serikat memiliki lebih dari 5.000 pusat data, sementara negara terdekat, Jerman, hanya memiliki 500. Kenaikan biaya listrik, pembangunan yang cepat, dan ekspektasi pendapatan yang tinggi telah menciptakan apa yang disebut Rossini sebagai ekonomi “Alice in Wonderland,” yang dibangun di atas kredit bersubsidi dan insentif yang terdistorsi.

Peringatan tentang Risiko Ekonomi

Rossini juga merujuk pada komentar dari para pemimpin teknologi besar yang memprediksi akhir kemiskinan global dan mengklaim bahwa perusahaan mereka terlalu penting untuk gagal. CEO Nvidia bahkan menyatakan bahwa dunia akan “hancur” jika pendapatan terbarunya mengecewakan, sebuah retorika yang dibandingkan Rossini dengan jaminan sebelum krisis 2008 bahwa harga perumahan “hanya akan naik.”

Paul menekankan bahwa pertumbuhan kredit yang tidak terkendali, insentif politik, dan intervensi moneter yang agresif telah menciptakan siklus di mana pemerintah mendorong perilaku berisiko, lalu menyelamatkan konsekuensinya. Dari era dot-com hingga jatuhnya pasar perumahan dan volatilitas crypto, Paul menjelaskan bahwa gelembung terbentuk ketika kredit mudah menciptakan ilusi kekayaan, sementara tabungan dan produksi tidak mengikuti. “Para penerima uang palsu dari Federal Reserve percaya bahwa kenyataan akan sesuai dengan imajinasi mereka,” kata Paul kepada 1,2 juta pengikutnya di X. “Tidak akan. Akhiri Federal Reserve… dan kita akhiri kebodohan yang berulang ini.

Bahaya Uang Gelembung

Ia melihat bahaya terbesar saat ini bukan hanya di sektor teknologi, pasar, atau perumahan, tetapi dalam apa yang ia sebut “uang gelembung” itu sendiri. Pengeluaran perang Washington, komitmen militer global, dan kewajiban utang jangka panjang, menurutnya, telah menciptakan struktur ekonomi yang bergantung pada penciptaan uang yang terus-menerus. “Pengeluaran pemerintah ditakdirkan untuk dimonetisasi,” tegas Paul, berargumen bahwa inflasi dan pengurangan nilai mata uang tidak dapat dihindari dalam sistem saat ini.

Reformasi Moneter dan Alternatif

Paul juga menyoroti distorsi struktural yang terjadi, seperti subsidi pemerintah untuk kendaraan listrik, penurunan permintaan untuk kantor komersial, dan skema investasi sirkular perusahaan di sektor AI yang melibatkan raksasa teknologi seperti Microsoft, Oracle, dan Nvidia. Menurut mereka, siklus-siklus ini hanya dapat bertahan karena sistem harga tidak lagi mencerminkan penawaran dan permintaan yang nyata.

Sebagai alternatif, Paul menganjurkan kembali ke sistem uang yang sehat, yang didasarkan pada emas dan perak, dengan transaksi sukarela dan unit akuntansi yang konsisten. Ia mengacu pada bezant Bizantium, sebuah koin emas yang beredar secara internasional selama berabad-abad, sebagai contoh stabilitas moneter tanpa bank sentral. Menurutnya, sistem modern bergantung pada pencipta uang yang lebih mirip dengan pemalsu daripada penjaga nilai.

Peringatan Terakhir

Paul menutup diskusi dengan memperingatkan bahwa setiap mata uang cadangan dalam sejarah akhirnya gagal, dan ia percaya dolar AS tidak terkecuali. Namun, ia juga mencatat bahwa generasi muda semakin tertarik pada reformasi moneter, emas, bitcoin, dan alternatif untuk sistem saat ini. Bagi Paul dan Rossini, rasa ingin tahu ini mungkin menjadi tanda paling menggembirakan dari semuanya.