Dampak Pergeseran Stablecoin di Korea Selatan: Ancaman bagi Perusahaan Kartu dan Peluang bagi Raksasa Teknologi

6 jam yang lalu
2 menit baca
1 tampilan

Studi Tentang Stablecoin di Korea Selatan

Para ahli di Korea Selatan berpendapat bahwa pergeseran penggunaan stablecoin dalam negara ini bisa menghambat pertumbuhan penyedia kartu, namun sekaligus memberikan peluang bagi raksasa teknologi domestik. Pada tanggal 23 Juni, media melaporkan bahwa anggota legislatif Partai Demokrat di Komite Urusan Politik Majelis Nasional berencana memperkenalkan rancangan undang-undang baru yang disebut Undang-Undang Inovasi Aset Digital bulan depan. Rancangan undang-undang ini mendefinisikan stablecoin sebagai “aset digital yang stabil nilainya” dan menetapkan bahwa penerbit yang ingin menerbitkan stablecoin harus membuktikan memiliki aset modal ekuitas minimal 1 miliar won (sekitar $720,258).

Stabilitas Stablecoin: Perusahaan Mana yang Terpengaruh?

Stablecoin berbasiskan won berpotensi merevolusi sektor keuangan Korea Selatan dengan memungkinkan transaksi menggunakan token yang diterbitkan secara privat, tanpa melibatkan mata uang fiat. Namun, Bank of Korea menunjukkan skeptisisme dan meminta kewaspadaan, memperingatkan dampak negatif terhadap sektor perbankan komersial. Media New Daily Kyungjae melaporkan bahwa penyedia kartu kredit kemungkinan akan merasakan dampak buruk dari peluncuran stablecoin. Para ahli mengkhawatirkan bahwa industri kartu “mungkin mengalami krisis struktural jangka panjang” akibat penurunan basis pembayaran. Peluncuran stablecoin, kata outlet tersebut, “dapat menyulitkan industri untuk mempertahankan profitabilitas bahkan dalam jangka pendek.”

Namun, seorang karyawan dari salah satu penyedia kartu yang tidak disebutkan namanya memberikan secercah harapan, menjelaskan bahwa kredit adalah “pedang bermata dua” bagi perusahaan kartu. Usaha penerbit kartu domestik untuk “mempertahankan profitabilitas dengan memperluas penawaran pinjaman berbunga tinggi” telah berujung pada meningkatnya gagal bayar pinjaman, karena “kemampuan peminjam untuk membayar kembali semakin menurun.” Dalam kuartal pertama tahun anggaran, tingkat gagal bayar bulanan rata-rata perusahaan kartu di Korea Selatan mencapai 1,93%, mendekati angka 2% yang dianggap “sangat tinggi.” Bahkan, tiga dari perusahaan kartu terbesar, yakni KB Kookmin, Hana, dan BC Card, telah melewati angka 2% pada tahun ini.

Peluang bagi Perusahaan Teknologi

Meskipun bank dan penyedia kartu cemas tentang dampak penggunaan stablecoin, perusahaan teknologi ternyata bersemangat menyambut perubahan ini. Pinpoint News melaporkan bahwa setelah bertahun-tahun ketidakpastian regulasi, raksasa teknologi bergerak cepat seiring dengan tanda-tanda global terkait pedoman yang lebih jelas. Perusahaan-perusahaan seperti Naver, operator mesin pencari, dan Kakao, pengembang aplikasi chat, telah lama berinvestasi dalam inovasi blockchain.

Perusahaan lain yang tampak tertarik dengan perkembangan stablecoin meliputi anak perusahaan Hyundai, seperti Hyundai HT (rumah pintar) dan Hyundai Mobis (suku cadang kendaraan). Nama lain yang muncul dalam pembicaraan ini adalah Kocom (perusahaan rumah pintar), MediaZen (pengembang perangkat lunak), Kaon Media (penyedia konektivitas) dan Bridgetec (perusahaan layanan TI).

Media melaporkan harapan “semakin besar” untuk peluncuran stablecoin oleh Naver serta keterkaitannya dengan layanan web3 yang memanfaatkan cryptocurrency tersebut. Sebagai jawaban Korea Selatan atas Google, Naver telah membangun ekosistem besar dalam layanan web, TI, dan pembayaran. Seorang ahli industri yang enggan disebutkan namanya menyatakan bahwa dalam kasus Naver, ekspansi bisnis terkait stablecoin memiliki potensi untuk melintasi batas. Perusahaan ini dikenal memiliki hubungan erat dengan Line, aplikasi chat populer di Jepang dan pasar Asia lainnya. Kerja sama atau interoperabilitas antara stablecoin Naver dan Line bisa semakin mendorong pertumbuhan.

Aktivitas Spekulatif dan Dampaknya

Aktivitas spekulatif terkait stablecoin telah memicu pergerakan di pasar saham serta pasar kripto di Korea Selatan, di mana para trader berlomba-lomba membeli saham di perusahaan-perusahaan yang sebelumnya telah menyatakan minat untuk berbisnis dalam kaitannya dengan stablecoin.