Laporan: Iran Batasi Transaksi Stablecoin Saat Rial Mencapai Titik Terendah Rekor

3 jam yang lalu
Waktu baca 1 menit
1 tampilan

Pembatasan Baru pada Penggunaan Stablecoin di Iran

Otoritas Iran telah memperkenalkan pembatasan ketat baru pada penggunaan stablecoin, membatasi pembelian tahunan hingga $5.000 per orang dan total kepemilikan hingga $10.000. Pembatasan ini diumumkan pada 27 September oleh Dewan Tinggi Bank Sentral, dan muncul saat rial Iran dilaporkan terjun ke titik terendah rekor, yaitu 1.136.500 per dolar AS, tepat sebelum penerapan kembali sanksi PBB.

Kebijakan Baru dan Implikasinya

Menurut laporan lokal, kebijakan baru ini berlaku untuk semua pengguna dan pedagang yang beroperasi di platform digital berlisensi, dan harus diberlakukan dalam periode transisi satu bulan. Asghar Abolhasani, sekretaris Dewan Tinggi, menekankan bahwa pemegang stablecoin saat ini juga perlu mematuhi ketentuan dalam jangka waktu yang ditentukan. “Mulai sekarang, batas untuk membeli stablecoin ditetapkan pada $5.000 per pengguna per tahun, dan kepemilikan tidak boleh melebihi $10.000,” kata Abolhasani.

Peran Stablecoin di Iran

Stablecoin, terutama tether (USDT), telah menjadi alat keuangan yang penting dan multifungsi bagi berbagai kalangan masyarakat Iran. Didorong oleh devaluasi kronis rial dan inflasi yang meroket, aset digital yang dipatok pada dolar AS ini berfungsi sebagai lindung nilai yang krusial untuk tabungan pribadi, memungkinkan warga untuk melindungi kekayaan mereka dari krisis ekonomi domestik. Bagi warga biasa dan bisnis yang menghadapi isolasi finansial yang parah dari sistem perbankan global akibat sanksi internasional, stablecoin menjadi saluran yang tak tergantikan untuk transfer lintas batas dan mekanisme utama untuk pengalihan modal keluar dari negara.

Tren Penggunaan Crypto dan Dampaknya

Tren ini sangat terlihat, dengan lonjakan signifikan dalam penggunaan dan aliran crypto dari bursa-bursa besar Iran yang bertepatan dengan meningkatnya ketegangan geopolitik yang melibatkan Israel dan Amerika Serikat. Namun, penggunaan stablecoin juga terjerat dengan upaya penghindaran sanksi oleh pemerintah, di mana aktor yang terkait dengan negara dilaporkan menggunakan USDT untuk mendanai kelompok proksi, memperoleh barang-barang sensitif, dan memfasilitasi impor, sering kali mengalirkan miliaran dolar melalui jaringan yang hemat biaya seperti Tron.

Dampak Pembatasan Baru

Batas baru ini diperkirakan akan mengganggu ribuan pedagang kecil yang bergantung pada pasar crypto untuk pendapatan dan keamanan finansial. Pelanggar dapat menghadapi sanksi karena melebihi ambang batas yang ditetapkan. Keputusan Bank Sentral mencerminkan upaya sebelumnya untuk membatasi permintaan mata uang asing selama penurunan ekonomi. Dalam krisis sebelumnya, otoritas Iran membatasi akses ke dolar AS dan emas dengan harapan dapat menstabilkan rial. Namun, langkah-langkah semacam itu sering kali terbukti tidak efektif dan mendorong transaksi ke pasar gelap.

Kesimpulan

Mata uang Iran telah mengalami penurunan yang stabil selama lebih dari satu dekade, melemah akibat sanksi internasional, inflasi tinggi, dan manajemen yang buruk secara sistemik. Pembatasan terbaru pada stablecoin mencerminkan kekhawatiran yang semakin meningkat tentang pengalihan modal dan erosi kepercayaan publik terhadap kebijakan moneter pemerintah.