Menavigasi Regulasi RWA di Ruang Crypto

11 jam yang lalu
2 menit baca
1 tampilan

Law and Ledger: Isu Hukum Cryptocurrency

Law and Ledger adalah segmen berita yang fokus pada isu hukum terkait cryptocurrency, dipersembahkan oleh Kelman Law, sebuah firma hukum yang mengkhususkan diri dalam perdagangan aset digital.

Tokenisasi Aset Dunia Nyata

Tokenisasi aset dunia nyata (RWA) telah muncul sebagai salah satu aplikasi paling menjanjikan dari teknologi blockchain. Dengan mewakili aset tradisional—seperti real estat, komoditas, atau instrumen keuangan—di dalam blockchain, tokenisasi menawarkan potensi untuk meningkatkan likuiditas, kepemilikan fraksional, dan efisiensi penyelesaian. Namun, meskipun menjanjikan, lanskap hukum tetap kompleks, terutama saat regulator memperluas pengawasan mereka terhadap pasar aset digital.

Klasifikasi Aset yang Ditokenisasi

Di Amerika Serikat, klasifikasi aset yang ditokenisasi sangat bergantung pada karakteristik dasarnya. Token yang mewakili ekuitas, instrumen utang, atau aliran pendapatan kemungkinan besar akan dianggap sebagai sekuritas berdasarkan tes Howey. Ini berarti bahwa token tersebut tunduk pada persyaratan pendaftaran dengan Securities and Exchange Commission (SEC), kecuali ada pengecualian yang berlaku.

Jenis aset yang ditokenisasi lainnya, seperti real estat atau seni, mungkin berada di luar hukum sekuritas, tetapi tetap dapat memicu pengawasan dari regulator properti negara bagian, komersial, atau komoditas. Commodity Futures Trading Commission (CFTC) juga telah mengklaim yurisdiksi atas pasar spot tertentu dan derivatif yang terkait dengan komoditas yang ditokenisasi. Kerangka kerja yang tidak teratur ini menciptakan ketidakpastian bagi proyek yang ingin menerbitkan atau memperdagangkan RWA di Amerika Serikat.

Hak Kepemilikan dan Tantangan Penyimpanan

Tokenisasi menimbulkan pertanyaan mendasar tentang hak kepemilikan. Misalnya, jika seorang investor membeli token yang mewakili saham real estat, apakah kepemilikan token tersebut memberikan hak kepemilikan yang dapat ditegakkan atas properti tersebut? Di banyak yurisdiksi, hukum properti masih mengharuskan pendaftaran di registri tanah pemerintah atau buku besar pemegang saham perusahaan. Tanpa pengakuan hukum yang jelas terhadap catatan blockchain, pemegang token mungkin menghadapi kesulitan dalam menegakkan hak mereka di pengadilan.

Demikian pula, penyimpanan aset yang ditokenisasi menghadirkan tantangan unik. Penjaga tradisional mungkin tidak dilengkapi untuk mengelola kunci privat, dan ketergantungan pada kontrak pintar memperkenalkan risiko kesalahan pengkodean atau eksploitasi. SEC telah menyoroti risiko penyimpanan di pasar aset digital dalam proposal aturan penyimpanannya.

Kepatuhan dan Transaksi Lintas Batas

Proyek yang melibatkan RWA yang ditokenisasi juga harus memenuhi kewajiban anti-pencucian uang (AML) dan kenali pelanggan Anda (KYC). Financial Crimes Enforcement Network (FinCEN) menganggap banyak platform aset yang ditokenisasi sebagai bisnis layanan uang, yang memicu kewajiban pendaftaran dan kepatuhan.

Transaksi lintas batas semakin memperumit kepatuhan, karena yurisdiksi yang berbeda memberlakukan persyaratan yang bervariasi pada sekuritas, komoditas, dan pembayaran yang ditokenisasi.

Kesimpulan

Untuk mengurangi risiko hukum, proyek harus mempertimbangkan strategi berikut: Tokenisasi memiliki potensi untuk mengubah pasar modal, membuka triliunan aset yang sebelumnya tidak likuid. Namun, kerangka hukum tetap belum jelas, dan regulator baru mulai menangani implikasi dari membawa produk keuangan tradisional ke dalam blockchain. Perusahaan yang mengejar proyek RWA yang ditokenisasi harus melanjutkan dengan hati-hati, menyeimbangkan inovasi dengan kepatuhan, dan mempersiapkan pengawasan yang lebih ketat saat SEC, CFTC, dan badan internasional menyempurnakan pendekatan mereka.

Kelman PLLC terus memantau perkembangan regulasi crypto di berbagai yurisdiksi dan tersedia untuk memberikan nasihat kepada klien yang menavigasi lanskap hukum yang terus berkembang ini. Untuk informasi lebih lanjut atau untuk menjadwalkan konsultasi, silakan hubungi kami. Artikel ini awalnya diterbitkan di Kelman.law.