Pemberi Pinjaman Korea Selatan Dorong Agenda Cryptocurrency dengan Pemerintahan Baru

2 minggu yang lalu
2 menit baca
4 tampilan

Desakan Bank-Bank Korea Selatan untuk Revisi Regulasi Keuangan

Bank-bank terkemuka di Korea Selatan mendesak pemerintahan yang akan datang untuk memperbarui regulasi keuangan yang membatasi peran mereka dalam sektor aset virtual. Seruan ini mencerminkan ambisi yang lebih luas di kalangan pemberi pinjaman untuk bersaing lebih efektif dengan perusahaan teknologi dan memperoleh akses ke pasar non-perbankan yang berkembang pesat. Korea Federation of Banks mengungkapkan pada hari Selasa bahwa mereka baru-baru ini mengadakan pertemuan strategis dengan pemimpin senior bank-bank besar, menurut laporan dari media lokal.

Proposal untuk Perubahan Regulasi

Pertemuan ini menghasilkan proposal yang meminta perubahan regulasi agar lembaga keuangan tradisional dapat berpartisipasi lebih langsung dalam ekonomi aset digital. “Revisi regulasi diperlukan untuk memungkinkan bank, dengan dukungan kredibilitas, aksesibilitas, dan standar perlindungan konsumen yang kuat, untuk memasuki bisnis aset virtual,” demikian ungkap federasi tersebut.

Peluang Reformasi di Tengah Pergantian Kepemimpinan

Sejalan dengan pemungutan suara yang berlangsung di Korea Selatan, bank-bank berupaya memanfaatkan peluang reformasi regulasi. Proses ini terjadi pada saat transisi kepresidenan di Korea Selatan. Warga negara memberikan suara pada hari Selasa untuk memilih pemimpin baru setelah berbulan-bulan ketidakpastian politik dan pemecatan Presiden Yoon Suk Yeol. Industri perbankan melihat perubahan kepemimpinan ini sebagai peluang untuk mendorong reformasi yang selama ini terhambat. Saat ini, belum jelas kapan hasil dari reformasi ini akan terwujud.

Regulasi Baru untuk Cryptocurrency

Pasar cryptocurrency sedang mengalami pergeseran. Pada bulan Mei, otoritas Korea Selatan memperkenalkan regulasi baru untuk mengatur transaksi aset digital, sebagai bagian dari langkah lebih luas untuk mempersiapkan partisipasi institusional di sektor tersebut. Regulasi ini, yang mulai berlaku pada bulan Juni, memungkinkan baik kelompok nirlaba maupun bursa aset virtual untuk menjual cryptocurrency dengan syarat mematuhi standar pengungkapan yang lebih ketat dan memenuhi kriteria pencatatan yang ditingkatkan.

Kejelasan regulasi sangat dibutuhkan seiring bank-bank berupaya memperluas operasional mereka di luar sektor tradisional. Meski Korea Selatan menduduki peringkat sebagai pasar crypto terbesar ketiga di dunia berdasarkan volume perdagangan, negara ini belum memiliki kerangka regulasi yang komprehensif. Sekitar sepertiga populasi telah memiliki aset digital, dan kebijakan terkait cryptocurrency mulai menonjol dalam janji kampanye baru-baru ini, termasuk komitmen untuk melegalkan ETF crypto spot dan mengatur stablecoin.

Peningkatan Upaya Bank untuk Memasuki Ruang Cryptocurrency

Bank-bank kini meningkatkan upaya untuk memposisikan diri mereka dalam ruang cryptocurrency ini, menjajaki layanan seperti penerbitan stablecoin dan trust aset digital. Namun, mereka masih terhambat oleh aturan yang ada yang menghalangi akses ke sektor non-keuangan. Sebaliknya, perusahaan teknologi menghadapi sedikit pembatasan dan dapat mengintegrasikan layanan keuangan ke dalam operasional bisnis mereka yang lebih luas, yang menurut bank menciptakan ketidakseimbangan kompetitif.

Permintaan untuk Regulasi yang Lebih Fleksibel

Untuk mengatasi masalah ini, federasi meminta izin yang lebih luas di sektor seperti ritel, logistik, dan TIC. Mereka juga mendesak transisi menuju regulasi berbasis prinsip, yang memberikan lebih banyak fleksibilitas untuk fungsi perbankan inti dan anak perusahaan.

Laporan tersebut mengkritik ketentuan yang samar dalam Undang-Undang Perbankan yang membuat penegakan hukum menjadi tidak dapat diprediksi dan meminta definisi yang lebih jelas serta tindakan regulasi yang terikat waktu.

Bank berencana untuk mengumpulkan lebih banyak umpan balik dan mengajukan serangkaian proposal final setelah pemerintahan baru terbentuk. Sementara Korea Selatan berupaya menstabilkan ekonominya dan sektor teknologi, pemberi pinjaman berharap dapat memainkan peran yang lebih kuat dalam membentuk arah keuangan negara tersebut.