Bursa Kripto WazirX Mendapatkan Persetujuan Restrukturisasi
Bursa kripto asal India, WazirX, telah berhasil mendapatkan persetujuan dari pengadilan untuk rencana restrukturisasi yang telah lama dinantikan. Dalam sebuah unggahan pada 13 Oktober di platform X, salah satu pendiri dan CEO WazirX, Nischal Shetty, mengumumkan bahwa Pengadilan Tinggi Singapura telah menyetujui skema restrukturisasi perusahaan. Keputusan ini menandai berakhirnya kebuntuan hukum yang berlangsung berbulan-bulan dan merupakan langkah penting dalam upaya bursa untuk pulih dari keruntuhan yang terjadi pada tahun 2024.
“Terima kasih kepada semua yang telah mendukung kami dalam fase sulit ini. Pengadilan Tinggi Singapura telah menyetujui skema tersebut,” tulis CEO tersebut.
Persetujuan ini merupakan pembalikan dari posisi pengadilan sebelumnya. Pada bulan September, pengadilan yang sama menolak proposal sebelumnya dengan alasan masalah keadilan dan kelayakan. Putusan tersebut menuai kritik tajam dari kreditor bursa, banyak di antaranya menuduh eksekutif menunda pembayaran dan bersembunyi di balik proses hukum.
Kerugian dan Upaya Restrukturisasi
WazirX, yang berbasis di India, mengalami kerugian sekitar $230 juta akibat serangan siber pada Juli 2024, yang dihubungkan oleh Departemen Luar Negeri AS dengan Grup Lazarus dari Korea Utara. Pelanggaran tersebut menghapus hampir setengah dari aset perusahaan dan membuat ribuan pengguna terjebak dalam dana mereka. Sejak saat itu, WazirX telah melakukan berbagai upaya restrukturisasi, dengan rencana terbaru mendapatkan dukungan kuat dari kreditor. Persetujuan dari pengadilan Singapura kini memberikan kerangka hukum untuk melanjutkan rencana restrukturisasi tersebut.
Meskipun perusahaan belum memberikan jadwal spesifik untuk pelaksanaan, sebelumnya telah diindikasikan bahwa perdagangan dapat dilanjutkan dalam waktu 10 hari kerja setelah skema mulai berlaku. Ini menunjukkan bahwa WazirX mungkin segera mulai membayar kembali pengguna, memulai kembali operasi, dan melaksanakan langkah-langkah pemulihan lainnya.
Tantangan Hukum yang Masih Dihadapi
Sementara itu, bursa tersebut masih menghadapi tekanan hukum di India. Pengadilan Tinggi Delhi sedang meninjau hubungan masa lalu dengan Binance, yang pernah mengklaim, dan kemudian membantah, kepemilikan platform tersebut. Perselisihan ini menambah lapisan ketidakpastian pada proses pemulihan yang lebih luas, sementara kreditor terus mendesak pembentukan Tim Investigasi Khusus untuk menyelidiki peretasan tahun 2024 dan memastikan akuntabilitas.
Namun, persetujuan pengadilan Singapura menandai langkah penting bagi bursa tersebut, meskipun kemampuan mereka untuk memenuhi pembayaran kembali dan membangun kembali kepercayaan masih harus dilihat.